Targetkan Pemasangan PLTS 500 MW, Solarion Fokus Menyasar Segmen B2B

by | Jun 9, 2022

Sejak dipercaya menangani proyek panel surya pertamanya di wahana Waterboom Kuta-Bali, pada 2018 lalu, PT Solarion Energi Alam optimis memasang target pembangunan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) di Indonesia. Dalam kurun waktu tiga hingga lima tahun mendatang, Solarion menargetkan pemasangan PLTS di Indonesia mencapai 500 MW. Target pembangunan PLTS tersebut setara dengan mengalirkan listrik ke 42.000 rumah dan mengurangi emisi karbon sebesar 338,323-ton CO2.

Diungkapkan Graham Pearson, Chief Operating Officer PT Solarion Energi Alam, pada hari ini (9/6), di Jakarta, “Solarion sangat yakin pada potensi pembangunan PLTS dan kami ingin menjadi garda depan proses transisi energi di Indonesia.”

Keyakinan tersebut ditandai dengan bertambahnya kustomer Solarion, yang berasal dari segmen industri atau Business to Business (B2B). Setelah Waterboom Kuta-Bali, Solarion kembali dipercaya Jasa Marga untuk proyek panel surya di jalan tol dan Mayapada untuk salah satu mall-nya.

Graham yang memiliki latar belakang membangun beberapa proyek PLTS di Australia pun makin yakin bahwa Indonesia tidak butuh waktu lama untuk mencapai skala PLTS yang sama dengan Australia, yang pembangunan PLTS-nya sudah mencapai lebih dari 3,3 GW PLTS di 2021.

“Dengan tingginya populasi dan perkembangan ekonomi di Indonesia, kebutuhan terhadap energi listrik menjadi tiga kali lipat jika dihitung dari tahun 2015 – 2030. Tenaga surya akan memiliki peran penting dalam pemenuhan kebutuhan energi tersebut,” ucapnya.

Kendati masih fokus menyasar segmen industri atau B2B, namun Solarion juga melayani segmen ritel residensial. Sampai saat ini, sudah ada beberapa segmen residensial, di daerah Jakarta Barat dan Pluit misalnya, yang telah memasang PLTS dari Solarion.

Diakui Graham, ada sejumlah added value yang ditawarkan Solarion, yang notabene menjadi diferensiasinya. Antara lain, untuk awal pemasangan PLTS segmen industri dengan jangka waktu 20 hingga 25 tahun, Solarion yang akan melakukan investasi terlebih dahulu. Artinya, biaya pemasangan dan sebagainya, dibayarkan terlebih dahulu oleh Solarion. Selanjutnya, kustomer tinggal membayar secara mencicil setiap bulannya.

Sementara itu, untuk pengguna ritel rumah tangga, Solarian juga menyediakan panel surya dengan kapasitas minimal 1.000 watt, dengan biaya sekitar Rp 20 juta untuk masa pemakaian panel surya selama 25 tahun. Bahkan, bekerja sama dengan Bank Mandiri, kustomer residensial dapat memperoleh benefit berupa tanpa DP (Down Payment) 10% dari nilai proyek.

Diakui Graham, saat ini, masyarakat Indonesia telah memiliki pemahaman dan kesadaran yang baik mengenai perubahan iklim. Hal itu terlihat dari massifnya gerakan sosial (social movement) terkait sustainability (keberlanjutan), konsep industri hijau, maupun mengurangi emisi karbon.

Bukti lainnya adalah berbagai gedung di Indonesia telah memperoleh sertifikasi green building. “Dengan sertifikasi green building ini, tentu saja memudahkan kami dalam melakukan pembangunan solar panel,” ujarnya.

Saat ini, Solarion telah memiliki pipeline pembangunan PLTS lebih dari 100 MW dan sedang menyelesaikan beberapa proyek PLTS sebagai bagian dari G20 Summit yang akan dilaksanakan di Indonesia akhir tahun nanti. “Solarion memiliki komitmen jangka panjang dalam pembangunan PLTS dan kami akan memimpin proses transisi energi di Indonesia,” tutupnya.

source: mix.co.id